Dirjen Kebudayaan Republik Indonesia Hilmar Farid membuka kegiatan Simposium Pendidikan Nasional yang dilaksanakan Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) dengan tema "Pendidikan adalah Hak Bagi Setiap Warga Negara" di hotel Mega Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (22/07/2023).
Dihadapan 300 anggota LMND delegasi dari seluruh wilayah di Indonesia, Hilmar Farid menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya simposium pendidikan nasional. Menurutnya, peran mahasiswa sangat penting dan dibutuhkan untuk menyuarakan dan memperjuangkan terpenuhinya hak pendidikan bagi masyarakat.
"LMND harus aktif menyuarakan dan memperjuangkan untuk terpenuhinya hak pendidikan masyarakat yang sulit mendapatkan akses pendidikan, terutama bagi mereka penyandang disabilitas dan terpinggirkan," kata Hilmar Farid.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan mesti disesuaikan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang hidup melekat dalam kebudayaan daerah masing-masing terutama pada masyarakat adat. Pelaksanaan pendidikan, kata dia, tidak boleh mengubah kebiasaan hidup apalagi berbeda dengan keinginan hidup mereka.
"Memaksakan penyelenggaraan pendidikan terhadap masyarakat adat sesuai dengan kehidupan masyarakat kota itu sama dengan mengubah mereka. Sama seperti mengubah mereka menjadi lain dari yang mereka inginkan. Inilah problem yang mesti diselesaikan," ungkapnya.
"Jadi selain problem ketersediaan akses, misalnya keberadaan sekolah, murid dan guru, tetapi juga harus memperhatikan akses bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan perikehidupan mereka terutama bagi masyarakat adat, penyandang disabilitas dan mereka-mereka yang berkebutuhan khusus. Olehnya itu, saya mendorong agar LMND menyuarakan dan memperjuangkan juga hak pendidikan bagi penyandang disabilitas dan mereka yang berkebutuhan khusus sesuai dengan kebutuhan mereka," lanjutnya.
Selain itu, dia juga menyampaikan pentingnya peningkatan kualitas pendidikan. Apalagi, kata dia, kehadiran teknologi yang cepat telah mengubah landscape kehidupan masyarakat secara lebih tegas. Oleh karena itu, dia mengatakan sistem pendidikan harus berdiri di depan memimpin perkembangan teknologi agar dapat membantu masyarakat mengantisipasi perubahan zaman.
"Pendidikan kita masih dibelakang perkembangan teknologi. Idealnya pendidikan harus berdiri di depan perkembangan teknologi agar bisa membantu masyarakat menghadapi perubahan zaman. Artifisial inteligence bukanlah sesuatu yang harus dikhawatirkan atau dimusuhi tetapi harus dikuasai dan dikendalikan," katanya.
Terakhir, dia menyampaikan agar organisasi mahasiswa harus bisa mentransformasi diri agar tetap menjadi organisasi yang relevan di tengah perkembangan dan kemajuan teknologi. Menurutnya, organisasi mahasiswa akan besar jika dia menjadikan dan mempertahankan relevansinya dengan zaman.
"Gerakan mahasiswa akan besar jika mempertahankan relevansinya dengan zaman, sebaliknya akan hilang bila tak mampu mengikuti perkembangan zaman," tutupnya.