Simposium Energi Nasional EN-LMND: Menuju Kedaulatan Energi Indonesia untuk Masa Depan Dunia

berita

Eksekutif Nasional Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (EN-LMND) mengadakan Simposium Energi Nasional dengan mengangkat tema "Kedaulatan Energi Menuju Indonesia Masa Depan Dunia" di Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Minggu (16/04/2023).

Kegiatan tersebut dihadiri oleh Praktisi Pertambangan Jeffrey Mulyono dan Fajar perwakilan dari Pertamina.

Ketua Umum EN-LMND Muhammad Asrul mengatakan motivasi dan semangat membangun kedaulatan energi nasional menjadi keharusan di era sekarang. Pandemi dan perang Rusia-Ukraina, katanya, menjadi pengalaman dan mimpi buruk bagi negara-negara di dunia yang tidak kuat dan mandiri secara energi. Walaupun Indonesia tidak separah negara lain namun dampaknya sangat signifikan dirasakan oleh rakyat yang harus mengeluarkan biaya tambahan akibat kenaikan bahan pokok sebagai imbas kenaikan BBM.

"Indonesia harus berdaulat secara energi. Dengan sumber daya alam yang ada, Indonesia dapat menjadi kekuatan baru dunia. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri tetapi menjadi kekuatan energi global. Ini hanya butuh kemauan dan keseriusan anak bangsa dalam mewujudkan itu," kata Asrul.

Lebih lanjut, Asrul mengatakan bahwa ke depannya LMND akan mendorong pelaksanaan simposium energi nasional di enam Provinsi lainnya. Ia menyadari pentingnya membangun kesadaran dan keyakinan kepada semua pihak tentang kedaulatan energi.

"Selanjutnya, LMND telah merancang dan menyiapkan untuk pelaksanaan simposium di enam provinsi lainnya. Jadi hal ini tidak hanya dilakukan di Jakarta," ungkapnya.

Selain itu, Praktisi Pertambangan Pak Jeffrey Mulyono, memiliki keyakinan bahwa Indonesia dapat menjadi negara yang berdaulat secara energi. Ia mengatakan bahwa segala syarat dan potensi sumber daya untuk berdaulat telah ada, hanya membutuhkan kemauan dan keberanian.

"Perlu kemauan dan keseriusan dalam membangun kedaulatan energi nasional. Banyak hal yang harus dievaluasi dan diperbaiki. Dari data Policy Potential Index (PPI) mengatakan Indonesia memiliki tingkat ketertarikan investasi yang sangat rendah, yaitu peringkat 12. Hal ini dipengaruhi oleh banyak hal, misalnya ketidakpastian regulasi yang sering berubah-ubah, interpretasi dan penegakan hukum yang ada, perpajakan, stabilitas politik," ungkap Jeffrey.

Lebih lanjut, Jeffrey menyampaikan kondisi pertambangan Indonesia dan transisi energi batu bara dalam target bauran energi. Menurutnya, kondisi pertambangan di Indonesia tidak jauh berbeda dengan global, sedikit banyak dipengaruhi oleh konflik geopolitik, biaya operasional yang masih terdampak kondisi ekonomi makro.

"Sedangkan sisi perubahan iklim, industri pertambangan batubara saat ini dan di masa depan akan sangat dipengaruhi oleh kebijakan dan perkembangan terkait transisi energi, seperti target bauran energi dan rencana pensiun dini untuk pembangkit listrik berbahan batubara dan kebijakan penerapan pajak karbon, yang salah satu target utamanya adalah pembangkit listrik berbahan bakar batubara," kata Jeffrey.

Selanjutnya, Jeffrey Mulyono mengingatkan agar pelaksanaan kegiatan penambangan hendaknya mulai memperhatikan aspek-aspek ESG (Enviromental, Social, dan Governance), sehingga dampak buruk pemanasan global dan gas rumah kaca menjadi hal penting untuk bahan pertimbangan dan kewaspadaan.

Selain itu, narasumber lain dari Pertamina, Fajar mengatakan bahwa semua negara saat ini dihadapkan pada tantangan untuk menyeimbangkan kembali kebijakan dalam ketahanan energi dan menjaga kelestarian lingkungan mengingat konflik Rusia-Ukraina yang menggangu stabilitas energi dunia. Ia mengungkapkan Pertamina saat ini memiliki Prioritas yang dinamakan Trilema prioritas, yang harus berjalan secara beriringan dan tidak boleh timpang salah satunya dengan tujuan agar menjaga ketahanan energi Indonesia, mengoptimalkan sumber daya dalam negeri untuk kemandirian energi dan transisi energi menuju net zero emision.

"Trilema Prioritas Pertamina yaitu ketahanan energi nasional, biaya dan kebutuhan ekonomi serta ketiadaan emisi sampai tahun 2050," kata Fajar.

Lebih lanjut, Dia menguraikan bahwa langkah untuk mencapai ketahanan energi nasional akibat permintaan energi Indonesia yang meningkat 2-5% pertahunnya hingga tahun 2040 maka Pertamina menjaga pasokan mengikuti peningkatan kebutuhan energi dengan optimalisasi kilang-kilang minyak yang ada dan mengembangkan kapasitas energi melalui akselerasi investasi dan agile mengikuti bauran energi pasar.

"Selain itu, untuk mengoptimalkan sumberdaya dalam negeri dalam mewujudkan kemandirian energi, Pertamina akan mengurangi defisit neraca perdagangan migas dengan meningkatkan penggunaan sumber energi dalam negeri yakni mengantisipasi bauran energi EBT yang lebih tinggi dan akan menambah dan memperluas portofolio green energi serta mengalokasikan investasi untuk bisnis hijau hingga 14,5% pada tahun 2022-2030 dari total belanja modal," ungkap Fajar.

Lebih lanjut, Fajar menjelaskan bahwa target Pertamina adalah menjadi perusahaan energi global terkemuka yang dapat diakui sebagai perusahaan ramah lingkungan, perusahaan yang bertanggung jawab sosial dan perusahaan tata kelola yang baik.

"Target Pertamina ke depan yakni menjadi perusahaan energi global yang ramah lingkungan, memiliki tata kelola yang baik dan bertanggung jawab secara sosial," ungkapnya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *