Siapa yang tidak mengenal bung besar republik ini, ya, Soekarno namanya. Salah satu bapak bangsa yang punya andil besar dalam kemerdekaan tanah air. Soekarno dan pendiri bangsa lainnya merumuskan dasar negara yang kita hidupi saat ini. Dasar negara tersebut sebagai landasan dalam mengkonstruksi bangunan yang bernama Indonesia. Dasar negara itu, pancasila, sebagai jembatan menuju masyarakat adil dan Makmur.
Soekarno menyadari betul bahwa kemerdekaan bukan hanya lepas dari penjajahan bangsa lain tetapi, kemerdekaan sejati ialah memastikan rakyat terlepas dari belenggu kemiskinan dan keterbelakangan. Ia memimpin langsung revolusi Indonesia. Aspek ekonomi, politik dan pendidikan dipakai untuk membongkar bayang-bayang kolonialisme yang telah lama menguasai republik dan membangun satu wujud negara yang baru. Semangat perubahan lewat pendidikan dapat kita saksikan dari tujuan negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang tertuang dalam Undang-undang Dasar. Serta beberapa undang-undang dan kurikulum sistem pendidikan nasional yang dirumuskan sebagai pedoman jalannya pendidikan nasional di era Soekarno.
Undang-undang no 4 Tahun 1950. Tertulis tujuan pendidikan Indonesia yaitu, “Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air”. Dari tujuan pendidikan diatas, jelas bahwa keinginan negara agar anak-anak bangsa di siapkan sebagai alat perubahan sosial. Anak-anak bangsa bertanggung jawab dalam kesejahteraan masyarakat dan negara. Sumber daya manusia yang dihasilkan menjadi perpanjangan tangan negara dalam membantu mewujudkan cita-cita nasional. Kemudian, magsud lain undang-undang tersebut ialah sebagai antitesa pendidikan yang dibangun pada era kolonialisme. Pendidikan pada masa itu diorientasikan hanya untuk kepentingan ekspansi kapital bukan untuk pembangunan manusia.
Berikutnya kurikulum Rencana Pelajaran 1947. Dalam kurikulum tersebut tertuang dua hal pokok yakni, mata pelajaran dan jam pengajaran, serta garis-garis besar pengajaran. Rencana Pelajaran 1947 mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat. Kurikulum ini belum menyentuh pengembangan kognitif anak. Materi yang di sediakan dihubungkan dengan aktifitas sehari-hari atau kejadian yang ada dalam lingkup kehidupan anak, selain itu perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani. Dalam perubahan situasi sosial dan politik mengharuskan pemerintah mengambil langkah strategis dalam pembangunan manusia. Pasca kemerdekaan, Rencana Pelajaran merupakan kurikulum awal yang disusun oleh rezim Soekarno. Walaupun pendidikan saat itu masih di bayang-bayangi oleh model pendidikan kolonial namun tujuan kurikulum ini cukup jelas, mencoba untuk membangun rasa nasionalisme dalam diri anak bangsa. Pengajaran yang mengutamakan kesadaran bernegara dan bermasyarakat dimagsudkan agar dapat mengikis pengaruh kolonial dan mencoba menjahit rasa persatuan dan kesatuan dalam masyarakat.
Kemudian, muncul lagi kurikulum Rencana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari Rencana Pelajaran 1947. Kurikulum tersebut memusatkan pada program Pancawardhana yang mencakup daya cipta, rasa, karya dan moral. Mata pelajaran yang diuraikan dalam rencana pembelajaran yakni, Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah. Selain itu, Adapun pembelajaran lain yang diberikan ialah, menyanyi, menggambar, pekerjaan tangan dan olahraga. Pada kurikulum ini memiliki pembaharuan, memasukan sejarah sebagai salah satu mata pelajaran. Tentu maksudnya ialah membangun manusia Indonesia yang baru, manusia yang memiliki rasa kebangsaan, dan dapat mengenal serta menghargai budaya Indonesia.
Diakhir masa kepemimpinannya, lahir pula kurikulum baru yaitu, Rencana Pendidikan 1964. Tujuan kurikulum tersebut tentu berorientasi pada pembentukan manusia yang pancasilais dan memiliki sikap nasionalisme. Perkembangan kurikulum 1964 sudah menyentuh tiga aspek penting dalam pengembangan sumber daya manusia yakni, kognitif, afektif dan psikomotorik. Kemudian konsep pembelajarannya ialah pembelajaran aktif, kreatif dan produktif. Berdasarkan konsep tersebut, pemerintah menetapkan hari sabtu sebagai hari krida. Maksud dari itu ialah siswa diberikan kebebasan untuk berlatih berbagai kegiatan sesuai dengan minat bakatnya.
Di samping itu semua, soekarno juga melakukan terobosan, memerangi buta huruf. Pada 14 Maret 1948, Soekarno meluncurkan program Pemberantasan Buta Huruf (PBH). Kursus itu dilakukan di 18.663 tempat, melibatkan 17.822 orang guru dan 761.483 orang murid. Kemudian yang digelar secara independent berjumlah 881 tempat dengan 515 orang guru dan 33.626 murid. Program ini dilandasi situasi Indonesia yang mayoritas penduduk, menyentuh angka 90 % mengalami buta huruf dan buta aksara. Misi ini tentu berkaitan dengan semangat revolusi Indonesia dan keinginan kuat untuk mewujudkan sosialisme Indonesia. Maka peningkatan dan kemajuan sumber daya manusia ialah hal yang mutlak.
Pada 31 Desember 1964 semua penduduk Indonesia usia 13-45 tahun (kecuali Irian Barat) dinyatakan bebas buta huruf. Situasi ini menunjukan soekarno adalah seorang pemimpin yang punya semangat tinggi dalam membangun Indonesia. Cintanya pada tanah air sungguh besar, ia adalah pemimpin yang mewariskan sikap patriotisme yang layak di contoh bagi anak muda serta pemimpin bangsa saat ini dan yang akan datang. Soekarno membangun Indonesia melalui pendidikan.
Referensi
Ananda. A.P & Hudaidah. (2021). Perkembangan Kurikulum Indonesia dari Masa ke Masa. Jurnal Pendidikan Sejarah dan kajian Sejarah.
Uliniam. Edy Sarwo. Sumarta. (2023). Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan Indonesia dari Masa ke Masa (Dalam Perspektif Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional). Jurnal Sinau.
Kurikulum 1947-2006. Sanggar Anak Alam
ufabet Pgslot dna bet dnabet ok casino betflik สล็อต888 sa gaming sexy baccarat g2g123